Sabtu, 07 Agustus 2010

Dia..... 2

"Aku menyayanginya mah" kuperjelas kata-kataku untuk mamah.
"Tapi mamah tidak suka kamu berhubungan dengan Reza" jelas mamah seolah-olah aku harus meninggalkannya dan tidak lagi bersamanya. Aku tahu itu sejak lama, bahkan sejak aku memutuskan untuk dekat dengan Reza.
"Apa alasan mamah agar aku tidak lagi bersamanya?"
"Kamu sebentar lagi akan menjadi Sarjana, sedangkan dia hanya lulusan STM. Kamu sadar itu tidak? apa kata orang nanti jika kamu bersama Reza? Lagi pula dia hanya pekerja kasar di Pabrik" Terang mamah membuat hatiku hancur, kecewa dengan ucapannya.
"Apakah setiap manusia dipandang dan dihargai hanya dari Jabatan dan kedudukannya mah? Kania rasa tidak mah, Manusia sama di hadapan Tuhan, yang membedakannya hanyalah amalan kebaikannya selama di dunia, jadi apakah aku salah jika aku memilih Reza?" Aku mencoba menjelaskan pada mamah dengan air mata hadir di pipiku, kekecewaanku pada mamah menilai Reza tanpa tahu siapa sebenarnya Reza.
"Kamu mau menentang mamah? Kamu mau menjadi anak durhaka?" Sedikit keras suara mamah dan menegaskan bahwa aku adalah anak yang telah dikandungnya selama 9 bulan sehingga sudah selayaknya aku menuruti apa yang dikatakan mamah.
"Maafkan aku mah, aku tidak ingin menjadi anak yang durhaka, selama ini apa yang mamah inginkan selalu aku turuti walaupun terkadang tidak sesuai dengan hatiku, tapi untuk masalah hati aku mohon mamah mengerti jika aku menyayanginya mah" Aku mencoba menjelaskan sekali lagi pada mamah jika aku menyayangi Reza, tapi mamah hanya berlalu hening dan meninggalkanku sendiri di pembaringan dengan segala keresahan yang singgah di fikiranku.
Aku mencintainya mah, bagaimanapun Ia, siapapun Ia aku berusaha menerimanya apa adanya. bisikku dalam hati...

Dalam malam ditemani kesedihan, sejenak kuberfikir, apakah selama ini aku memang salah? Aku hanya berusaha percaya akan ketentuan Tuhan, atas segala yang telah ditakdirkan oleh_Nya termasuk masalah Rizqi bahkan Jodoh...
Aku terdiam menyambut kesalahan dan kebenaran yang aku hadapi, kebimbangan serta kepiluan yang kurasa, tidak ada satu orangpun yang mengerti akan arti kegundahan yang kurasa, mereka tidak mau tahu bahkan tidak ingin mengerti apa yang ku alami. Aku hanya ingin mereka tahu bahwa sesungguhnya Kebahagiaan itu ada di dalam Hati, dalam sekali sehingga untuk menyentuhnya pun kadang kita butuh pengorbanan. Pengorbanan dengan ketulusan yang datang dari niat yang tulus dan ikhlas...

(To be Continue)

Tidak ada komentar: